+62 370-666-2567ntn.psikologi@gmail.com

Senin, 14 April 2014

Managemen Emosi Guru

23.09

Share it Please

Menjadi guru tidaklah mudah, banyak kewajiban dan tanggungjawab yang harus dilakukan. Setiap hari guru perlu hadir untuk bersama anak-anak didiknya dengan segala jenis problematika hidupnya. Profesi guru selalu dituntut untuk menjadi sempurna dan tauladan untuk anak-anak didiknya. Ditengah tuntutan akan profesi sebagai guru, mereka tidak pernah lepas dari masalah sedetikpun, dari mulai masalah di sekolah hingga masalah-masalah rumahtangga yang tak kunjung selesai dan datang silih berganti.

Di sekolah guru berhadapan dengan murid-murid yang membuatnya harus mengeluarkan kata-kata dengan nada suara tinggi, membuatnya melotot dan kadang menjadi main tangan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa seringkali menyulut emosi marah para guru. Hunter (1977) mengatakan bahwa kegiatan di sekolah khususnya terkait dengan belajar mengajar merupakan situasi yang penuh tekanan. Penelitian yang dilakukan oleh Coates dan Thoreson (1976) di Amerika menyebutkan bahwa 78 % guru mengalami gejala stres. Lalu bagaimana dengan guru di Indonesia? Di rumah guru sudah mengawali harinya dengan permasalahan rumah tangga, dari mulai dengan pasangan hingga mengurusi anak-anaknya, yang tentu saja menguras perhatian dan emosinya. Lalu apa yang terjadi ketika para guru mengawali hari dengan kelelahan psikologis? Ketika guru mengalami kelelahan psikologis, apa akibatnya terhadap proses yang terjadi di sekolah?

Kelelahan psikologis guru terjadi karena di dalam dirinya mengalami berbagai perasaan. Perasaan takut, panik, merasa tidak berpengaruh, merasa memalukan, perasaan tidak aman, frustasi dan merasa kecil (Blum, 2001) dalam menghadapi problem hidupnya. Perasaan  ini terjadi setiap hari sehingga menjadi timbunan kelelahan emosi yang mengakibatnya guru menjadi tidak fokus untuk mengahadapi proses yang diamami di sekolah. Kemudian apa yang dilakukan para guru untuk mengatasi masalahnya?

Secara umum manusia dibedakan menjadi dua dalam penyelesaian masalah. adalah menyelesaikan terlebih dahulu emosi-emosi yang timbul dari masalah tersebut. Orang tipe kedua memerlukan waktu yang lebih panjang dalam menyelesaikan masalahnya karena mereka tipe orang yang sibuk dengan emosi seperti marah, jengkel, kecewa, putus asa, sedih dan lain sebagainya sehingga cenderung melupakan akar masalah sebenarnya. Lalu tipe manakah kita? Jika kita tipe yang ke dua artinya kita perlu lagi belajar bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik. Bagaimana kita bisa segera menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh dengan emosi-emosi yang menyertai masalah tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *